Cara Berdakwah Melalui Sebuah Cerita
cara berdakwah melalui sebuah cerita tapi
secara nggak langsung, kira kira bagaimana ya kak?
Jawaban :
Wa'alaikumussalam dek.
Terdapat hadits shahih dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sampaikanlah cerita-cerita
yang berasal dari Bani Israil dan itu tidaklah mengapa” (HR Ahmad, Abu Daud
dll). Dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah terdapat tambahan, “Karena sesungguhnya
dalam cerita-cerita Bani Israil terkandung cerita-cerita yang menarik”.
Tambahan Ibnu Abi Syaibah ini dinilai sahih oleh Al Albani.
قال أهل العلم: وهذا دالٌّ على حل سماع تلك الأعاجيب
للفرجة لا للحجة، أي لإزالة الهم عن النفس، لا للاحتجاج بها، والعمل بما فيها.
Para ulama mengatakan bahwa hadits ini
menunjukkan bolehnya mendengarkan cerita-cerita Bani Israil yang menarik
sekedar untuk hiburan, bukan untuk berdalil. Dengan kata lain, hanya untuk
menghilangkan kegundahan hati, bukan untuk berdalil dan beramal dengan isi
kandungannya.
وبهذا الحديث استدل بعض أهل العلم على حل سماع
الأعاجيب والفرائد من كل ما لا يتيقن كذبه بقصد الفرجة، وكذلك ما يتيقن كذبه، لكن قصد
به ضرب الأمثال والمواعظ، وتعليم نحو الشجاعة، سواء كان على ألسنة آدميين أو حيوانات
إذا كان لا يخفى ذلك على من يطالعها.
هكذا قال ابن حجر الهيثمي – رحمه الله – من الشافعية.
Hadits di atas dijadikan dalil oleh
sebagian ulama untuk menunjukkan bolehnya mendengarkan cerita-cerita yang unik
dan menarik dengan tujuan hiburan dengan syarat cerita tersebut tidak diketahui
secara pasti kebohongannya. Sedangkan jika cerita tersebut sudah diketahui
secara pasti kebohongannya maka boleh diceritakan dengan syarat maksud dari
membawakan cerita tersebut untuk membuat permisalan, sebagai nasihat dan
menanamkan sifat berani baik tokoh dalam cerita tersebut manusia ataupun hewan
asalkan semua orang yang membacanya pasti faham bahwa cerita tersebut hanya sekedar
imajinasi atau karangan semata. Inilah pendapat Ibnu Hajar al Haitaimi, seorang
ulama bermazhab syafii.
وذهب آخرون وهم علماء الحنفية إلى كراهة القصص
الذي فيه تحديث الناس بما ليس له أصل معروف من أحاديث الأولين، أو الزيادة، أو النقص
لتزيين القصص.
Di sisi lain para ulama bermazhab Hanafi
berpendapat makruhnya kisah yang isinya adalah hal-hal yang tidak berdasar
berupa kisah-kisah tentang kehidupan masa lalu atau memberi tambahan atau
pengurangan pada kisah nyata dengan tujuan memperindah kisah.
ولكن لم يجزم محققو المتأخرين منهم كابن عابدين
بالكراهة إذا صاحب ذلك مقصد حسن، فقال ابن عابدين رحمه الله: (وهل يقال بجوازه إذا
قصد به ضرب الأمثال ونحوها؟ يُحَرَّر).
Akan tetapi ulama muhaqqiq (pengkaji) yang
bermazhab hanafi dari generasi belakangan semisal Ibnu Abidin tidak menegaskan
makruhnya hal tersebut jika orang yang melakukan memiliki niat yang baik. Ibnu
Abidin mengatakan, “Mungkinkah kita katakan bahwa hukum hal tersebut
adalah mubah jika maksud dari membawakan kisah tersebut untuk membuat
permisalan dengan tujuan memperjelas maksud atau niat baik semisalnya? Perlu
telaah ulang untuk memastikan hal ini”.
والذي يظهر جواز تأليف الكتب التي تحتوي قصصاً
خيالياً إذا كان القارئ يعلم ذلك، وكان المقصد منها حسناً كغرس بعض الفضائل،
Jadi, diperbolehkan menulis buku yang
berisi cerita fiksi dengan dua syarat:
a. Semua
orang yang membacanya menyadari bahwa cerita tersebut hanyalah fiksi.
b. Maksud
dari ditulisnya cerita tersebut adalah niat yang baik semisal menanamkan
akhlak-akhlak mulia.
Teenfiction disini masuk kedalam kategori
cerita fiksi ya...
Komentar
Posting Komentar