yang Didzolimi. Apa Salah Mereka?
Kak, tentu bukan lagi menjadi rahasia umum
tentang berbagai masalah saudara-saudara kita di uyghur, Palestine, Rohingya, Kashmir
dan sebagainya... Yang notabene muslim menjadi mayoritas yang didzolimi. Apa salah mereka ?
Lalu, Bukankan telah khatam kita belajar
tentang UUD '45 bahwa dalam pembukaan jelas dikatakan "Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan....dan sebagaiya.
Lalu, bukankah berarti ngr kita telah
melanggar konstitusi yg dibuat sendiri ?
Jika demikian, bagaimana kedudukan
nasionalisme seharusnya ?
Mohon pencerahannya
Jawaban :
Dalam setiap masa dan tempat, manusia
senantiasa memerlukan ikatan untuk mempersatukan mereka, dan biasanya ikatan
ini ada karena tujuan yang ingin dicapai, karena mustahil mencapai tujuan
bersama tanpa adanya ikatan yang mempersatukan. Sebagaimana tali menyatukan
lidi maka bisa digunakan untuk tujuan menyapu, sebagaimana paku mengikat kayu
maka bisa digunakan untuk membuat sesuatu.
Nasionalisme misalnya, adalah ikatan yang
muncul karena seseorang tinggal di tempat yang sama dan merasakan adanya
ancaman bersama, maka wajar bila ikatan nasionalisme ini selalu memerlukan
ancaman demi ancaman agar tetap kuat ikatannya, dan akan melemah begitu
penduduknya merasa aman, dan ikatan ini sangatlah lemah karena berdasarkan
kesamaan tempat dan ancaman, ikatan reaktif dan temporer bukan ikatan yang
produktif dan selamanya.
Dalam Islam, segala sesuatu termasuk ikatan
antarmanusia haruslah berdasarkan Allah dan Rasul-Nya, Kitabullah dan Sunnah,
dan ikatan penyatu antarmanusia yang paling pas adalah ukhuwah Islam, karena
kemunculannya dari aqidah, menyatukan orang-orang yang beriman sekaligus
memberikan perlindungan dan keamanan bagi yang tidak memeluk aqidah Islam.
Dalam bentuk praktisnya, seringkali ukhuwah
yang muncul atas dasar aqidah Islam ini secara penampakan terlihat sama dengan
nasionalisme bagi yang kurang jeli. Misalnya sikap menolak dan melawan
penjajahan, ini sikap yang sama yang muncul baik oleh ukhuwah maupun
nasionalisme, namun keduanya sangat berbeda dari segi tataran niat, dan tentu
berbeda caranya.
Sejak awalnya, Rasulullah saw menyatukan
Aus dan Khazraj yang berseteru dengan ukhuwah yang bersumber dari aqidah. Bila
Tuhan kita Allah, maka kita bersaudara. Selanjutnya ikatan ini menjadi
pemersatu seluruh Hijaz dan akhirnya seluruh Jazirah. Pada gilirannya ikatan
inilah yang mempersatukan Afrika, Asia, Eropa, India, Syam, dan Nusantara dalam
naungan institusi Islam secara global. Ikatan ini yang menjadikan seluruh
manusia bersaudara dan mengamankan dunia, memanusiakan manusia dan
menghilangkan permusuhan diantara mereka.
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk". (QS 3: 103)
Jadi bersatunya kaum Muslim itu karena
menaati Allah, karena berpegang pada tali Allah yaitu Islam, yaitu Kitabullah
dan Sunnah, bukan karena ikatan-ikatan lemah selainnya. Ukhuwah ini ikatan yang
bersumber dari aqidah, ikatan dunia akhirat.
Jadi memang betul, tidak perlulah
mempertentangkan antara ukhuwah dan nasionalisme, karena ukhuwah itu adalah
tuntutan aqidah, sementara nasionalisme munculnya bukan karena aqidah,
karenanya yang bukan Muslim juga bisa.
Mudah- mudahan dengan jawaban ini bisa
mendudukkan bagaimana sikap kita.
#SOBAT_SWI
Komentar
Posting Komentar